Minggu, 27 November 2016

Sejarah '' Keraton Yogyakarta ''

Sejarah Kraton Yogyakarta

  http://keyogyakarta.com/wp-content/uploads/2013/11/cerita-rakyat-jogja-1.jpg
Kraton Yogyakarta yang sangat terkenal, memiliki sejarah panjang yang ada kaitannya dengan perjanjian Gianti, Seperti apa kisahnya?

KRATON Yogyakarta dibangun tahun 1756 Masehi atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Setelah melalui perjuangan panjang antara 1747-1755 yang berakhir dengan Perjanjian Gianti . Sebelum menempati Kraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hemengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Kraton Yogyakarta.Bangunan Kraton Yogyakarta sedikitnya terdiri tujuh bangsal. Masing-masing bangsal dibatasi dengan regol atau pintu masuk. Keenam regol adalah Regol Brojonolo, Sri Manganti, Danapratopo, Kemagangan, Gadungmlati, dan Kemandungan.Kraton diapit dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukurang kurang lebih 100x100 meter. Sedangkan secara keseluruhan Kraton Yogyakarta berdiri di atas tanah 1,5 km persegi.

Bangunan inti kraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter). Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung. Ada lima pintu gerbang yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah Timur Laut kraton. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat Daya. Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah Barat. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah Selatan. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah Timur.
Dalam benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk mobilisasi prajurit dan persenjataan. Keempat sudut benteng dibuat bastion yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh.
 
Sebagai salah satu bukti Indonesia adalah negara yang sangat kaya, adalah banyaknya jenis istana di berbagai pelosoknya. Kraton Yogyakarta Hadiningrat adalah salah satunya, yang punya banyak mitos dan cerita, di antaranya adalah ,Beringin kembar ini terletak di Alun-alun Selatan komplek Kraton. Anda akan menemukan Plengkung Gading, yakni gerbang masuk Alun-alun yang berupa tanah lapang. Sesuai namanya, beringin kembar adalah 2 pohon beringin besar yang berdiri berdampingan.Mitos di yang beredar di masyarakat, Anda yang berhasil melewati beringin kembar dengan mata tertutup berarti hatinya bersih dan lapang. Namun rupanya, tradisi yang disebut Masangin itu sudah ada sejak zaman Kesultanan Yogyakarta masih berjaya.Masangin biasa dilakukan tiap malam 1 suro, saat ritual Topo Bisu dilakukan. Pada masa itu, para prajurit dan abdi dalem mengelilingi benteng dan tidak boleh mengucap 1 kata pun. Berbaris rapi mengenakan pakaian lengkap adat Jawa, mereka berjalan dari halaman Kraton menuju pelataran alun-alun. Melewati kedua pohon beringin tersebut.
Hasil gambar untuk mitos tentang kraton yogyakarta
 
Hal itu diyakini untuk mengalap berkah dan meminta perlindungan dari banyaknya serangan musuh. Dari situlah mitos mulai berkembang. Kalau bisa melintasi dua pohon beringin kembar itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita akan dikabulkan.Mitos lain yang tak kalah menarik adalah ngerayah gunungan, tradisi yang dilakukan saat ritual Grebeg Mulud. Grebeg Mulud adalah tradisi yang merupakan puncak rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Tiap Grebeg Maulud dilakukan, ada 7 gunungan besar diarak keliling Kraton. Gunungan itu berisi rangkaian buah serta hasil panen lainnya. Nah, 'ngerayah' berarti berebut untuk mengambil barang-barang yang ada di gunungan karena semua gunungan itu dianggap membawa berkah.Grebeg Maulud diawali dari pagelaran di Kraton Yogyakarta. Dikawal oleh 12 prajurit Kraton, 7 gunungan tersebut diarak dan dibagi ke 3 lokasi yaitu Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Tradisi ini menjadi daya tarik wisatawan, selalu penuh sesak!
Hasil gambar untuk mitos tentang kraton yogyakarta
Mitos terakhir yang tak kalah seru, bahkan mengundang tanda tanya, adalah hubungan Sultan Hamengkubuwono dengan penguasa Pantai Selatan yakni Kanjeng Ratu Kidul. Konon, para Raja Jawa bisa berkomunikasi dengan Ratu Kidul dengan tidak kasat mata, untuk memperoleh keselamatan serta ketentraman.Oleh karena itulah konon dibuat komplek Taman Sari, yang artinya 'istana bawah air'. Komplek yang terletak di sebelah barat Kraton Yogyakarta ini mitosnya dibuat sebagai tempat pertemuan para Sultan dengan Ratu Kidul.
 Hasil gambar untuk gambar komplek taman sari yogyakarta
sumber: http://www.yogyakartaonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=244:kraton-yogyakarta&catid=54:kasultanan&Itemid=173http://blog-sejarah.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-kraton-yogyakarta.htmlhttp://keyogyakarta.com/wp-content/uploads/2013/11/cerita-rakyat-jogja-1.jpgbp.blogspot.com/-RgitigjE1cM/VQu3BhcMsGI/AAAAAAAAH2w/9vgTx_46O-o/s1600/Misteri%2BPohon%2BBeringin%2BKembar%2BDi%2BAlun-Alun%2BYogyakarta.jpg

0 komentar:

Posting Komentar